Rabu, 12 Desember 2018

SARMADAN'S INFO: BISNIS "IKAN LAUT"

SARMADAN'S INFO: BISNIS "IKAN LAUT": Mencari partner / pembeli / supplier untuk kerjasama dalam bisnis ikan karang laut yang berada di daerah sulawesi tenggara/selatan, jawa d...

Rabu, 12 September 2018

SARMADAN INFO "KHITAN"

HUKUM KHITAN BAGI WANITA


✍ Oleh Asy-Syaikh Al-'Allamah 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baaz rahimahullah

Ditanya asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baaz rahimahullah, Sebagian negara Islam mengadakan program khitan bagi wanita dengan keyakinan bahwa khitan bagi wanita wajib atau sunnah, dan ada sebuah majalah yang akan menyiapkan tulisan jurnalistik seputar pembahasan ini, melihat pentingnya mengetahui pandangan syari'at tentang hal ini, kami mohon kepada yang mulia untuk memberikan pencerahan tentang pandangan syari'at terhadap hal ini, kami berterima kasih atas partisipasi Anda, do'a kami senantiasa kami lantunkan semoga Anda dalam kesehatan dan kekuatan. Semoga Anda menerima kami dengan senang hati dengan harapan jawaban ini dapat mewakili pembahasan ini.

 Beliau jawab,

وعليكم السّلام ورحمة اللّه وبركاته، وبعد:

Khitan bagi perempuan adalah sunnah, sebagaimana khitan bagi laki-laki, jika didapati ada seseorang yang mampu untuk mengkhitan dari para dokter laki-laki atau perempuan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

الفطرة خمس: الختان، والإستحداد، وقص الشارب، وتقليم الأظفار، ونتف الآباط.

"Sunnah-sunnah fitrah ada lima: Khitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak." [Muttafaqun 'alaihi]

وفق اللّهُ الجميع لما يرضيه، والسّلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

 Fatawa Tarbiyatul Aulad, hal. 9.

 Link PDF فتاوى تربية الأولاد:
http://bit.ly/1SQtmdy

Majmu’ah Tarbiyatul Aulad
Channel Telegram: t.me/TarbiyatulAulad

SARMADAN INFO "BULAN MUHARRAM 2"

2. Ada Apa dengan Bulan Muharram? 


-----------------

WASPADA SYI'AH 



Orang-orang syi’ah menjadikan bulan Muharram sebagai hari-hari berkabung. Pada setiap tanggal 10 Muharram, orang-orang syi’ah di Iran mengadakan pawai akbar untuk memperingati hari terbunuhnya cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Husein bin Aliradhiyallahu ‘anhu di padang Karbala.

 Acara rutin mereka tersebut dimulai sejak tanggal 1 sampai tanggal 10 Muharram. Pada tanggal 1 Muharram sampai tanggal 9 Muharram mereka mengadakan pawai besar-besaran di jalan-jalan menuju Al-Huseiniyah. Al-Huseiniyah adalah tempat ibadah syi’ah, akan tetapi biasanya Al-Huseiniyyah digunakan untuk makam Imam, bukan untuk melaksanakan shalat. Sedangkan shalat dilakukan di luar bangunan. Penamaan ini diambil dari nama Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhu.

 Peserta pawai hanya mengenakan celana atau sarung saja sedangkan badannya terbuka. Selama pawai, mereka memukul-mukul dada dan punggungnya dengan rantai besi sehingga meninggalkan bekas (luka memar) yang mencolok.

 Kemudian, pada acara puncak, mereka mengenakan kain berwarna putih dan ikat kepala berwarna putih pula. Setelah itu, mereka menghantamkan pedang, pisau, atau benda tajam lainnya ke kepala dan dahi mereka sehingga darah pun bercucuran. Darah yang mengalir ke kain putih membuat suasana semakin mencekam, bahkan tak sedikit di antara mereka yang menangis histeris.

Demikianlah gambaran ringkas tentang berkabungnya orang-orang syi’ah di Iran pada bulan Muharram. Seperti yang telah kami sebutkan, tujuan utama mereka adalah untuk mengenang terbunuhnya Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhu.

 Sebagai seorang muslim tentu kita juga sangat bersedih dengan peristiwa tragis nan menyayat hati yang menimpa cucu RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam itu. Namun, Islam melarang pemeluknya yang tertimpa musibah untuk berucap atau berbuat sesuatu yang menunjukkan ketidak-ridhaan kepada keputusan Allah, seperti, merobek baju, menampar pipi, menjambak rambut, menangis histeris, apalagi menyayat kepala dan dahi seperti yang dilakukan sebagian orang-orang syi’ah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukan dari golongan kami barang siapa yang menampar pipi, merobek baju, atau meratap dengan ratapan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Lebih dari itu, bagi wanita yang meratapi mayit dan meninggal dalam keadaan belum bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan pakaian dari tembaga yang meleleh, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang diriwayatkan Al-Imam Muslim dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu.

 Maka sekarang kita telah mengetahui bahwa apa yang dilakukan orang-orang syi’ah tersebut bukan hanya tidak ada dasarnya dalam Islam, bahkan ia bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Para pembaca rahimakumullah, peringatan 10 Muharram oleh orang-orang syi’ah, untuk mengenang terbunuhnya shahabat Husein radhiyallahu ‘anhu tidak hanya diadakan di Iran saja, tetapi juga di negara-negara lainnya, seperti India, Pakistan, Lebanon, dan juga Indonesia, hanya saja tata caranya berbeda.

 Di Indonesia, misalnya, sudah menjadi acara rutin tahunan bagi syi’ah mengadakan acara ini yang mereka istilahkan dengan haul arba’in-an, yaitu mengenang 40 hari syahidnya shahabat Husein radhiyallahu ‘anhu.

 Para pembaca rahimakumullah, maka jangan tertipu dengan perbuatan-perbuatan orang-orang syi’ah seperti contoh di atas. Karena tujuan mereka melakukan hal itu untuk menarik dan memikat hati kaum muslimin agar tertarik dan membela mereka. Demikian pula perbuatan mereka itu sama sekali bukan bagian dari Islam.

 Seputar pesan yang disebarkan melalui SMS, WhatsApp, Facebook, e-mail, ataupun situs-situs internet semisal :
 "Bersemangatlah untuk menutup lembaran akhir tahun anda dengan Istighfar, taubat, dan amalan shalih"

atau yang kalimat-kalimat semacam ini.


Pesan-pesan semacam ini DIHARAMKAN bagi seorang Muslim untuk saling menukilkan dan menyebarkannya ke
pada umat. Hal ini karena 3 perkara :

 Di dalamnya terdapat ajakan untuk mengkhususkan akhir tahun dengan ibadah tertentu. Pengkhususan akhir tahun dengan ibadah tertentu yang tidak ada bimbingannya di dalam Al-Quran ataupun As-Sunnah an-Nabawiyah. Tidak pula didapati keterangan para Ulama untuk melakukannya. Maka berdasarkan hal ini, tindakan menyebarkannya merupakan BID’AH yang diharamkan, dan pesan semisal ini merupakan ajakan untuk menghidupkan bid’ah serta menyebarkannya ditengah-tengah umat.

 Ucapan tentang “Tertutupnya lembaran amalan di setiap akhir tahun”, maka orang yang mengucapkannya dituntut mendatangkan dalil dari Al-Quran ataupun As-Sunnah. Karena tertutupnya kitab catatan amal termasuk perkara ghaib, maka mana dalil atas ucapan tersebut sampai orang-orang termotivasi untuk bersegera dan bergegas di dalam menyebarkannya tanpa croschek, atau dikoreksi, tanpa ada muroqobah (merasa diawasi oleh Allah Ta’ala) dan rasa takut kepada Allah Jalla Jalaluhu. Kemudian, jika kalender Hijriyah ditetapkan di masa Khilafah Umar radhiyallahu ‘anhu, -wahai kalian orang-orang yang melihat- lalu kapan ditutupnya lembaran amalan hamba sebelum ditetapkannya kalender Hijriyah tersebut?

 Sudah menjadi ketetapan bagi para Ulama bahwasannya tertutupnya lembaran amalan hamba hanya ketika dia telah meninggal. Amalannya entah baik ataukah buruk akan terus tertulis sampai ajal menjemputnya.

dari Khutbah asy-Syaikh 'Abdul Qadir al-Junaid

 join telegram
 http://bit.ly/FadhlulIslam
 salafymedia.com
 Publikasi:
 WA Fadhlul Islam Bandung

sumber : http://manhajul-anbiya.net
 Majmu'ah Manhajul Anbiya

SARMADAN INFO "RENUNGAN PAGI"

RENUNGAN PAGI

=========================

MUNGKIN ISTRIKU INI DIUTUS SEBAGAI HUKUMAN ATAS DOSAKU


 Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhumengabarkan bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ```

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tidak suka satu tabiat/perangainya maka (bisa jadi) ia ridha (senang) dengan tabiat/perangainya yang lain.”  (HR. Muslim no. 1469)

 Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan larangan (untuk membenci), yakni sepantasnya seorang suami tidak membenci istrinya, karena bila ia mendapatkan pada istrinya satu perangai yang tidak ia sukai namun di sisi lain ia bisa dapatkan perangai yang disenanginya pada si istri. Misal, istrinya tidak baik perilakunya akan tetapi ia seorang yang beragama atau berparas cantik atau menjaga kehormatan diri atau bersikap lemah lembut dan halus padanya atau yang semisalnya.” (SyarahShahih Muslim, 10/58)

 Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang suami membenci istrinya dengan penuh kebencian hingga membawa dia untuk menceraikannya.

 Bahkan semestinya dia memaafkan kejelekan istrinya dengan melihat kebaikannya dan menutup mata dari apa yang tidak disukainya dengan melihat apa yang disenanginya dari istrinya.

Ibnul‘Arabi rahimahullah  berkata, Abul Qasim bin Hubaib telah mengabarkan padaku di al-Mahdiyyah, dari Abul Qasim as-Sayuri dari Abu Bakar bin Abdirrahman, ia berkata, adalah asy-Syaikh Abu Muhammad bin Zaid memiliki pengetahuan yang mendalam dalam hal ilmu dan kedudukan yang tinggi dalam agama. Beliau memiliki seorang istri yang buruk pergaulannya dengan suami. Istrinya ini tidak sepenuhnya memenuhi haknya bahkan mengurang-ngurangi dan menyakiti beliau dengan ucapannya.

 Ada yang berbicara pada beliau tentang keberadaan istrinya namun beliau memilih untuk tetap bersabar hidup bersama istrinya.

 Beliau pernah berkata, “Aku adalah orang yang telah dianugerahi kesempurnaan nikmat oleh Allahsubhanahu wa ta’ala dalam kesehatan tubuhku, pengetahuanku dan budak yang kumiliki. Mungkin istriku ini diutus sebagai hukuman atas dosaku. Aku khawatir bila aku menceraikannya akan turun padaku hukuman yang lebih keras daripada apa yang selama ini aku dapatkan darinya.” (al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 5/65)

 Chanel telegram https://t.me/Yuk_Ngaji_Semarang

------------------------------

 Diposting ulang :
 Forum Salafy Banjarnegara
 07 Rabi'ul Akhir 1439 H
 Join hanel telegram
http://telegram.me/salafybanjarnegara

SARMADAN DALAM DAKWAH "KEUTAMAAN AL FATIHAH"

KEUTAMAAN AL FATIHAH



 Asy Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- berkata :

Surat Al Fatihah memiliki kedudukan yang sangat penting dan keutamaan yang sangat agung. Oleh sebab itu Al Fatihah dinamai dengan;

1 Ummul Qur'an (induknya Al Qur'an) karena makna-makna pokok dari Al Qur'an kembali padanya.

2 _As Sab'ul Matsaniy_ ( 7 ayat yang diulang-ulang).

3 Surat yang paling agung dalam Kitab Allah.

✍ Oleh karenanya, wajib bagi yang bisa membaca surat ini untuk membacanya pada setiap rakaat dari shalatnya.

Tanbiihul Afham : 242

______________

‏فائدة

قال الشيخ ابن_عثيمين ⁩رحمه الله :

‏سورة الفاتحة لها شأن كبير وفضل عظيم؛ ولذلك تسمى أم القرآن لرجوع أصول معاني القرآن إليها، وهي السبع المثاني وأعظم سورة في كتاب الله ومن ثم كانت هي السورة التي تتعين قراءتها في كل ركعة من الصلاة لمن يحسن قراءتها.

‏📕📓تنبيه الأفهام/ ص242


══════ ❁⤵️🔴⤵️❁ ══════
للاشتراك بتيليجرام
 قناة أبن عثيمين والالباني رحمهما الله
 ‏https://t.me/atymn
           للاشتراك تيليغرام ⬆
 
 


WhatsApp Salafy Cirebon
Gabung di Channel Telegram :


http://t.me/salafy_cirebon

SARMADAN DALAM DAKWAH "KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM"

KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM


Muharram termasuk salah satu dari empat Bulan Haram (bulan-bulan yang memiliki kehormatan lebih dibandingkan bulan-bulan yang lainnya) dalam Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an (yang artinya),

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya EMPAT BULAN HARAM.” (QS. At-Taubah: 36)

Keempat bulan itu adalah:
 Muharram,
 Rajab,
 Dzulqo’dah, dan
 Dzulhijjah,
sebagaimana yang dideklarasikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat haji perpisahan.

 Disebut Bulan Haram karena ia mengandung kemuliaan lebih (dari bulan-bulan lainnya) dan karena pada bulan-bulan ini diharamkan untuk berperang. (Tafsir As-Sa’di, hlm.192)

 Cukuplah menunjukkan kemuliaan bulan Muharram ini ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjulukinya sebagai bulan Allah , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim, no.1982 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

 Kata para ulama’, segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla itu memiliki kemuliaan lebih daripada yang tidak disandarkan kepada-Nya, seperti baitullah (rumah Allah), Rasulullah (utusan Allah), dan lain-lain.

 Dalam Islam, bulan Muharram memiliki nilai historis (sejarah) yang luar biasa;
 pada bulan ini, tepatnya pada tanggal sepuluh, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dan kaumnya dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya serta menenggelamkan mereka di laut merah.

 Di bulan ini juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad kuat untuk berhijrah ke negeri Madinah, setelah mendengar bahwa penduduknya siap berjanji setia membela dakwah beliau. Walaupun tekad kuat beliau ini baru bisa terealisasi pada bulan Shafar.

 Selain itu, di bulan ini terdapat ibadah puasa yang dikatakan oleh RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai puasa terbaik setelah Ramadhan sebagaimana hadits di atas.

 Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ketika ditanya tentang keutamaannya: “Menghapuskan dosa-dosa tahun yang lalu.” (HR. Muslim, no.1977 dari shahabat Abu Qotadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu)

 BULAN MUHARRAM BUKAN BULAN SIAL
................................................

 Sebagian orang meyakini bulan Muharram sebagai bulan keramat yang tidak boleh dibuat acara dan bersenang-senang, sehingga banyak aktivitas tertentu yang ditunda atau bahkan dibatalkan. Lebih dari itu, mereka meyakini siapa yang mengadakan hajatan pada bulan ini akan ditimpa musibah dan malapetaka. Sebagai contoh adalah pernikahan, mereka enggan menikahkan putra putrinya di bulan ini karena khawatir ditimpa petaka dan kesengsaraan bagi kedua mempelai.

 Ketika ditanya mengenai alasan mereka menilai bulan Muharram sebagai bulan keramat nan penuh pantangan, tidak ada jawaban berarti dari mereka, selain ’Beginilah tradisi kami’ atau ’Beginilah yang diajarkan bapak-bapak kami’.

Sikap mengikuti tradisi atau leluhur tanpa bimbingan Islam adalah terlarang, bahkan sikap seperti ini termasuk sifat orang-orang jahiliyah dan penyembah berhala pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan nabi-nabi sebelumnya. Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang jawaban orang-orang Quraisy ketika diajak oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meninggalkan kesyirikan, kata mereka (yang artinya),

“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak (nenek moyang) kami menganut suatu agama (bukan agama yang engkau bawa –pent), dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 22)

Demikian pula Fir’aun, ketika diajak oleh Nabi Musa ‘alaihis salam agar beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, ia malah berkata (yang artinya,

“Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya.
” (QS. Yunus: 78)

 Kemudian, anggapan sial untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti hajatan dan semisalnya di bulan Muharram yang diyakini oleh keumuman masyarakat Jawa, dalam ajaran Islam disebut Tathoyyur atau Thiyaroh, yaitu meyakini suatu keburuntungan atau kesialan didasarkan pada kejadian, tempat, atau waktu tertentu.

 Anggapan seperti ini sebenarnya sudah ada sejak zaman jahiliyah. Setelah Islam datang, maka ia dikategorikan ke dalam perbuatan syirik yang harus ditinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman (Artinya): ”Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131)

 Dalil yang menunjukkan bahwa Tathoyyur atau Thiyaroh termasuk kesyirikan adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Thiyaroh adalah kesyirikan”, beliau mengulangnya sebanyak tiga kali.” (HR. Ahmad danAbu Daud, dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu)

 Apabila kita telah mengetahui bahwa anggapan sial atau keberuntungan seperti itu termasuk kesyirikan, maka kewajiban kita selanjutnya adalah menjauhinya dan menjauhkannya dari anak dan istri kita dari keyakinan tersebut. Sehingga kita beserta keluarga kita tidak terjerembab kedalam kubangan dosa besar yang paling besar, yaitu dosa syirik.


 join telegram
 http://bit.ly/FadhlulIslam
 salafymedia.com
 Publikasi:
 WA Fadhlul Islam Bandung

sumber : http://manhajul-anbiya.net
 Majmu'ah Manhajul Anbiya